22 Agustus 2009

by TERESA TANOTO chpter 4

TAK BISA MENUNGGU SAMPAI SELAMANYA



Mungkin saat-saat ini komunikasi antara kita berdua semakin jarang. Suatu saat, dimana hubungan kita yang mungkin menurutku sudah seperti angin lalu, aku merasa hidupku hampir seperti pohon tua yang sebentar lagi tak berfungsi. Aku terkejut akan berita yang kudengar tadi. Aku terkena penyakit yang menurut dokter belum atau tidak ada obat untuk menyembuhkannya. Sesungguhnya, sulit untuk disembuhkan karena aku telah mengidap leukimia stadium akhir. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang dapat kuperbuat sekarang selain membuat karangan ini. Aku menyerahkan seluruh hidupku pada Tuhan. Memohon agar kehidupanku kembali seperti dulu. Kebahagiaan yang dulu tercipta bersama sahabatku, dapat terulang kembali menemani kehidupanku yang sebentar lagi tidak ada di bumi ini.

Keara, bisakah kamu kembali seperti dulu? Hanya untuk menemaniku di saat-saat terakahir. Sepanjang hidupku aku selalu menganggapmu sebagai kakakku sendiri. Tapi, kini aku tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Aku hanya berbaring di tempat tidur, dan merasakan sakit yang tak tertahankan di tiap harinya. Semakin hari, kondisiku semakin memburuk. Begitu pula presentase harapanku untuk dapat bertahan hidup semakin mengecil. Kini, bulan Januari. Kata dokter, harapanku untuk hidup, hanya 2 bulan lagi. Tetapi, aku tetap bertahan, akan selalu bertahan.

2 bulan pun berlalu. Kondisiku kian memburuk bagai ranting yang telah layu, yang sebentar lagi akan patah. Aku sadar akan kondisiku sekarang. Ulangtahunnya tepat pada tanggal 1 Agustus mendatang. Sekarang, bulan April. Suatu keajaiban untukku dapat bertahan hingga sekarang. Kondisiku memang kian memburuk. Dokter menganjurkan padaku untuk tetap beristirahat di rumah sakit. Tetapi,

aku bersikeras untuk bertemu dengan keara di suatu tempat dimana kami sering berbagi kisah hidup di waktu dulu.

Dokterpun dengan berat hati mengijinkanku menemuinya.

Saat kami ditaman, kupandang langit biru yang terus berjalan seperti kehidupan.

Menghirup udara segar seakan-akan harapanku untuk hidup masih panjang.

Matanya menatapku.

Kemudian, kupeluk tubuhnya erat.

“Kau tahu, kini aku merasakan kebahagiaan yang sangat besar melampaui kesedihanku selama ini. Betapa bahagianya diriku saat berada dipelukanmu seperti ini..”. Aku kembali menatap matanya lembut. “Keara, kamu tahu apa maksudku mengajakmu ke tempat ini? Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun..”. Keara pun melanjutkan, “Tetapi ulangtahunku masih 4 bulan ke depan.. Itu masih lama..”. Aku pun menghela napasku panjang-panjang. “Menurutmu, aku dapat menunggu selama itu? Selamat ulang tahun Keara. Aku menyayangimu. Selalu.”. Sesaat kondisiku berada pada tingkat paling buruk, kemudian aku menatap Keara yang makin lama penglihatanku makin tidak jelas. Aku tak sadarkan diri. Aku dibawa ke rumah sakit dimana aku dirawat selama ini. Keara masih tidak mengerti mengapa tiba-tiba aku menjadi seperti itu. Ibuku menceritakan semuanya pada Keara…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar