“Keara, selama ini, Gilmore menganggapmu orang yang paling dia sayang. Selama ini, Gilmore merasakan kesedihan yang begitu besar karena sulitnya mendapatkan kebahagiaan dari sahabatnya sendiri, kamu. Gilmore menitipkan pesan ini padamu. Tante tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Dari bulan Januari, Gilmore telah mengidap penyakit Leukimia. Dan ia berada pada stadium akhir. Presentase harapan hidupnya sangat kecil. Maksimal 2 bulan. Tetapi,suatu keajaiban diperolehnya hingga sekarang. Ia sangat menginginkan kamu kembali memberinya kebahagiaan yang dapat membuatnya tersenyum. Mungkin ia tidak ingin membuatmu menjadi sedih akan berita ini. Maka, ia tidak pernah menceritakan tentang penyakitnya padamu. Di bulan-bulan terakhir ini, dia selalu tersenyum mengenang semua kenangannya bersamamu. Tetapi, senyum yang ia gambarkan adalah senyum kesedihan. Sampai saat kemarin, tante belum melihat senyum bahagianya. Mungkin hanya dirimu yang dapat membahagiakannya, walaupun sebentar lagi dia sudah pergi. Mungkin dia ingin beristirahat sekarang. Terimakasih karena kamu telah menemaninya tadi. Gilmore juga menitipkan beberapa pesan padamu. Ya, lewat surat tadi itu. Sekarang, ia sudah terbaring lemah di tempat tidur itu. Di sampingnya selalu ada boneka itu. Boneka itulah yang melambangkan dirimu yang selalu ada di samping menemaninya setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detiknya. Ia membuat boneka itu sendiri dengan susah payah. Ia menggunakan bulan-bulan terakhirnya untuk membuat boneka itu supaya ia dapat merasakan kehadiranmu di sisinya. Sekarang, ya, hanya itu yang bisa tante sampaikan padamu. Selebihnya, ada di surat yang telah kamu dapatkan.”
Begitulah yang dikatakan Tante Dyllon sebagai mama dari Gilmore, kepada Keara. Keara menatap lembut Gilmore yang lemah, berbaring di tempat tidur ruang ICCU. Berdoa dan memohon pada Tuhan agar ia diberikan keselamatan bagi Gilmore. Air mata trus mengalir membasahi pipinya. Kesedihan yang begitu besar menghantam hatinya. Berharap bisa memeluknya dan tidak melepaskannya. Keara sangat terkejut mendengar berita ini. Gilmore tidak pernah menceritakan apa-apa kepadanya dan baru hari ini ibunya memberitahukan berita tersebut kepadanya.
Sangat sulit bagi Keara untuk menerima hal ini. Ia hanya bisa menangis dan duduk. Ketika ia membuka surat itu, entah apa yang dipikirkannya, ia sangat merasa sedih. Seakan-akan ia ingin mengulang kembali masa lalunya bersama Gilmore. Dan ia hanya bisa berharap Gilmore dapat membuka matanya dan kembali bersama Keara. Tapi, itu hanyalah sebuah harapan kecil baginya. Ia berpikir dalam hati, ‘mengapa aku sebagai sahabatnya pun tidak mengetahui tentang ini? Mengapa saat kemarin kurang mempedulikan Gilmore? Padahal, hanya ada diriku di hatinya. Gilmore, tolong maafkan aku..’. Saat ia membuka surat dari Gilmore . . .
22 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar