22 Agustus 2009

by TERESA TANOTO chpter 3

HATIMU? HATIKU?



Kapankah kamu dapat mengerti betapa bahagianya aku ketika bersamamu? Kapankah kamu dapat mengerti hatiku selalu ingin bersamamu? Kapankah kamu dapat mengerti betapa pentingnya dirimu bagiku? Kapankah kamu dapat mengerti aku mengatakan semua ini? Keara, sahabatku, mungkin tidak 3 tahun kita akan berpisah. Waktu yang akan kita lalui, tidak. Mungkin hanya aku yang melaluinya. Kita akan berpisah 1 tahun lagi. Mamaku bermaksud memindahkanku ke sekolah lain. Keara, tolonglah. 1 tahun ini, ingin aku gunakan untuk berbahagia denganmu. Sulit bagiku untuk menemukan orang sepertimu. Sekali lagi, aku mohon padamu. Aku ingin kau menemani hidupku dan mendengar semua curahan hatiku.

Banyak kenangan yang telah kulihat kembali yang menurutku sekarang aku tak mengira hal itu benar-benar terjadi. Mengapa aku tak dapat mempercayai diriku sendiri? ITU PERNAH TERJADI, GILMORE!!! ITU BUKAN MIMPI!!! ITU KENYATAANNYA!!! Mungkin saat itu, hatimu masih dapat mengerti apa arti hatiku. Tetapi, aku harus jujur padamu, kini, hatimu kosong tentang apa arti hatiku. Dan kali ini, kamu telah berjanji padaku, untuk membuatku gembira oleh karenamu. Tolong, aku benar-benar memohon padamu. Tepati janjimu yang ini. Aku juga menginginkannya. Jangan membuatku kecewa dengan kata-kata ‘AKU JANJI . . .’. Sudah cukup kamu mengatakan itu, dan ternyata kamu selalu membuat hatiku tidak lagi percaya denganmu.

Aku benar-benar meminta kebahagian darimu yang tulus. Aku sangat membutuhkanmu sekarang. Karena hanya dirimulah yang dapat membuatku memiliki rasa bahagia seperti dulu lagi. Dapatkah kamu menjawab pertanyaanku yang satu ini? Kapan kenangan-kenangan indah darimu untukku dapat terulang lagi? Hatiku penuh keraguan, kegelisahan, dan ketakutan. Takut kebahagiaan tidak dapat menemuiku. Mungkinkah aku mendapatkan seseorang yang mungkin lebih baik darimu? Kamu telah membuat hidupku yang hitam putih menjadi berwarna. Menjadi begitu berarti dalam sejarah hidupku.

Tetapi, sadarkah hatimu, pikiranmu, dan dirimu apa yang telah kamu lakukan padaku? Kamu selalu saja membentakku. Kamu selalu saja mencaciku. Kamu selalu saja membuatku sedih. Sedih yang begitu besar sampai kuberpikir, tak akan ada lagi kebahagiaan yang akan kutemui dalam hidupku. Setiap kali kumengingatmu, kumengenangmu, selalu saja aku menangis. Mungkin apa yang kulakukan karenamu, kamu selalu saja menganggap itu berlebihan. Tapi, hatiku sudah terlalu rapuh merasakan kelakuanmu padaku yang selalu saja membuatku terpecah belah. Namaku, mungkin sudah tidak ada dalam hatimu. Tetapi, namamu akan selalu ada dan selalu tinggal di dalam hatiku.

Mungkin aku selalu menangis dan merasa bersalah, tetapi, sadarkah kamu, bahwa aku menangis untukmu? Aku menangis karena kamu yang selama ini kukenal, berubah begitu saja seperti Keara yang tidak kukenal. Keara yang baru yang sama sekali tidak sehati denganku. Keara yang sangat berbeda dengan yang dulu. Keara yang saat ini tidak dapat menganggapku sebagai sahabatnya. Kapan kamu akan balik seperti yang dulu? Aku rindu dengan Keara yang kukenal. Aku tidak mengenali Keara yang sekarang. Kamu siapa? Dimana kau sembunyikan Keara, sahabatku? Kembalikan dia padaku!!! Sekarang!!!

Hari telah berlalu begitu cepat. Sekarang, ia berada di Canada yang sangat jauh denganku. Ia sedang pergi bersama keluarganya. Mengapa di saat-saat seperi inilah aku dapat menemukan dia kembali seperti dulu? Aku mengenalnya. Keara yang benar - benar sahabatku. Betapa gembiranya aku melihat pesan darinya . . .

“Gilmore, aku sangat sayang padamu. Tenang. Aku akan kembali ke tempatmu. Aku juga rindu padamu. Jangan terlalu sedih karena aku pergi sejauh ini. ‘kan aku selalu tinggal di dalam hatimu.. Senyum yaa. Dadah. “

Sangat gembira aku membacanya. Seakan - akan dia yang dulu telah kembali ke hadapanku. Apakah mungkin dia berkata seperi itu, memang dari hatinya? Atau hanya untuk membuatku gembira saja? Kini, kami sudah sangat jarang berkomunikasi. Aku menginginkan dia di sampingku. Tepat saat ini. Aku butuh seseorang yang bisa mendengarkan semua ceritaku dan pelampiasan hatiku.

Kini, aku tidak tahu berada di manakah hatinya? Apakah masih ada tempat hatiku di hatinya? Aku tahu. Langit saja bisa berbohong. Mengapa manusia tidak? Semua manusia pasti pernah berbohong. Semua dan pasti. Aku sangat berharap, kalimat ini dapat memulihkan kembali kegembiraan hatiku, walaupun tidak ada lagi seorang sahabat yang bisa menemaniku.

“Tiada kehidupan tanpa kesedihan. Jangan melihat ke belakang. Masa lalu telah berlalu. Tegakkan terus hidupmu. Hidup itu seperti awan. Selalu saja tidak menetap dan berubah - ubah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar